PENGAKUAN Grace SANG PRAMUGARI
PART 6
(versi blog beda dengan versi novel. Karena beberapa hal yang menyangut etika maka versi blog di edit)
Saya tidak pernah menceritakan apa-apa pada Tanti. Bahkan sejak dia menceritakan semuanya, saya malah menghindari dari Tanti. Saya ingat kata-kata papa tentang “tanggung-jawab”. Saya nggak mau ketularan gaya hidup Tanti. Saya kuatir, kalau saya bergaul akrab, kelak sayapun akan menghalalkan gaya hidup seperti itu. Intinya, saya tidak mau jadi seperti Tanti. Cukup sudah saya kehilangan keperawanan saya. Saya tidak mau nambah dosa lagi. Tidak mau hamil diluar nihak. Amit-amit kalau sampai harus menggugurkan kandungan. Apapun kata Tanti, bagi saya menggugurkan kandungan itu tetap pembunuhan. Dan itu dosa! Bukannya saya merasa suci. Saya juga sudah berlumur dosa. Keperawanan saya hilang karena saya salah membuat pilihan. Saya tidak diperkosa. Saya akui, saya salah. Pengakuan itu yang membuat beban saya sedikit berkurang beratnya. Walau masih memendam kebencian sama Jimmy, tapi dipihak lain saya rasa saya harus berterimakasih juga sama Jimmy. Kita manusia, tidak pernah tau apa rencana Tuhan. Mungkin dibalik peristiwa naas itu, justru Tuhan mengantar saya pada sebuah hikmah. Karena Jimmy saya dupecat. Dan karena dipecat, Bu Nancy jadi membantu saya . menghantarkan saya pada dunia baru yang lebih cocok buat saya. Yang membuat saya semakin dekat pada impian saya. Sesuatu yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh saya. Menjadi pramugari!!! Setelah on board training, saya jarang ketemu Tanti lagi. Kami sering dpaat rute yang berbeda. Saya juga jarang menempati kamar kos saya. Rute saya selama on board masih rute local. Penerbangannya singkat tapi cukup banyak. Saya nggak ngerti soal penentuan skedul terbang ini. Tapi banyak yang heran kenapa saya bisa sering sekali dapat skedul. Sampai suatu hari saya ditanya oleh Pak Gusti yang bertugas dibagian scheduling. “Kamu cape nggak sih?” “Ya cape sih pak. Tapi ngga apa-apa namanya juga masih training” “Lho kamu pikir skedul kamu padat karena masih training?” “emangnya? Salah ya pak?” saya bingung. Saya pikir ini hal wajar buat pramugari yang statusnya masih “trainee”. “Ya nggak juga. Ini karena ada instruksi khusus dari atasan.” “Instruksi apa pak?” saya makin heran. Pak Gusti menatap saya seolah tidak yakin. Tidak yakin kalau saya tidak mengerti tepatnya. “Moso kamu ndak tahu “ gumam Pak Gusti dengan logat jawanya. “Sungguh. Saya nggak ngerti pak. Saya kan baru sebulan terbang?” Pak gusti lalu menceritakan sedikit. Sedikit sekali. Katanya, saya dapat skedul banyak karena ada instruksi khusus. Dari siapa instruksi itu, Pak Gusti tidak mau menyebutkannya. Normalnya, bagian scheduling lah yang menentukan jadwal dan skedul terbang seorang flight attendance. Dengan kata lain, nasib dan juga pendapatan saya sebenarnya bergantung pada orang-orang seperti pak Gusti. Yang mengatur skedul dan menentukan job-job terbang semua staff . “Kamu beruntung. Kalau nggak ada instruksi khusus begini, kamu harus berjuang lho untuk dapat skedul” pak Gusti nyengir. Wajahnya penuh rahasia. “maksudnya pak? Berjuang gimana?” “yah nanti juga kamu ngerti sendiri. Nih…skedul minggu depan” pak Gusti memberikan skedul terbang baru untuk saya. Sungguh sebuah tanda tanya besar buat saya. Instruksi dari siapa sebenarnya? Karena penasaran, saya coba menghubungi Pak Erik. Tapi Pak Erik juga tidak bisa menjelaskannya. Tidak tahu atau mungkin tidak mau menyebut nama pemberi instruksi itu. Padahal saya merasa tidak kenal siapapun di maskapai penerbangan itu. Kok ada orang yang begitu perhatian dan baik hati sama saya? Saya ingin sekali kenal orang itu. Kalau perlu berterimakasih. Karena akhirnya saya dengar juga dari beberapa pramugari senior mengenai soal scheduling ini. “Ada loh yang lama dianggurin. Cuma disuruh standby tapi gak dipanggil panggil” kata Yurike. Saya terbang bersamma Yurike cukup sering di rute Jakarta-denpasar. Kadang kami juga dapat jatah satu kamar kalau pas ada transit di Denpasar. “Kamu beruntung! Yang lain malah banyak yang harus nyogok bagian skedul supaya dapat skedul! “ “Nyogok?” “Iya. Kamu pikir aku ini nggak nyogok apa?” Yurike tertawa kecil. Yurike usianya sudah hampir 26 tahunan. Tapi dia masih nyangkut di rute local saja. Aneh juga. Soalnya ada beberapa pramugari lain yang usianya lebih muda , sudah dapat rute internasional. Diantaranya Murni. Saya pernah satu rute dengan Murni beberapa kali. Kemudian Murni dapat rute internasional. Jakarta – Sydney. Setahu saya Murni belum lama juga jadi pramugari. Saya sendiri udah tidak sabar ingin dapat rute internasional. Bosan juga hanya rute local terus. Saya ingin melihat dunia lain. Ingin keluar negeri! Ingin merasakan salju. Ingin memakai jaket-jaket tebal dan separu boot! Ingin shopping. Ingin juga melatih bahasa inggris saya yang masih pas-pasan rasanya. Walaupun sudah dilatih, kadang saya masih suka kagok kalau bicara langsung dengan turis asing di pesawat tempat saya melayani. “Mba Ike kok masih local aja sih? Belum dapat rute luar?” tanya saya memberanikan diri. Soalnya saya tidak mau mengalami nasib seperti Yurike. Saya dulu belum sempat menanyakan ‘rahasia’ Murni. Apa rahasianya supaya cepat mendapatkan rute internasional? “Karena aku nggak bisa nyogok scheduling terlalu banyak! Orang tuaku sakit-sakitan, perlu biaya” kata Yurike setengah mengeluh. “nyogok?” “Lha iya. Emang kamu nggak? “ Yurike tertawa rada sinis. Rupanya iapun mengira saya ini sering dapat skedul karena nyogok! Tawa Yurike mirip tawa pak Gusti. Padahal saya betul-betul tidak tau kenapa. Dan saya benar-benar tidak pernah nyogok! Gimana caranya untuk nyogokpun saya tidak tahu. “Nggak mbak, Swear!” “ah nggak usah mnuafiklah. Kita semua sama-sama tau. TST. Tau sama tau!” Yurike masih tetap tidak percaya. “Jadi kalau nyogok sebenarnya mbak bisa dapat rute internasional juga?” saya kembali pada pokok permasalahan. Soalnya percuma berusaha meyakinkan Yurike. Lebih baik saya focus sama pertanyaan saya. Saya ingin tahu, apa yang menyebabkan karir Yurike mentok begitu lama di rute local? Karena saya tidak mau mentok seperti dia. “Dapat skedul rute local aja jarang, gimana aku bisa lompat ke internasional? Harusnya aku nyogok lebih gede lagi. Tapi ya itu tadi, gak mampu ngasih lebih. Pasrah aja deh. Rejeki nggak kemana. Aku cabut dulu ya” Malam itu kami transit di denpasar. Yurike sudah dandan cantik. Tanpa seragam dia kelihatan seperti foto model. Bajunya hitam ketat sexy membentuk lekuk tubuhnya yang langsing. Yurike bilang, dulunya dadanya agak rata alias Cuma cup A. Sekerang sudah cup C. waktu saya tanya, berapa biaya memperbesar payudara, Yurike bilang dia tidak tahu. Soalnya operasinya gratis! Dokter yang meng up grade ukuran bra nya itulah yang akan dia temui mala mini. Dokter berkebangsaan Australi yang menetap di Bali dan membuka sebuah klini aesthetica di Bali juga. Servis di klinik itu sangat beragam. Mulai dari beauty dental , perawatan kulit, slimming sampai operasi bedah plasti. Mulai dari hidung sampai payudara, semua bisa di reparasi atau rekonstruksi. Saya curiga jangan jangan hidup Yurike juga sudah tidak asli lagi. Juga kelopak matanya. Yurike keturunan tionghoa. Wajahnya khasi Chinese. Kalau di bandara, dia kelihatan lebih mirip dengan pramugar-pramugari maskapai penerbangan Hongkong yang seragamnya hijau-hijau itu. Matanya agak sipit, tapi karena dia tau cara dandan, mata sipit itu malah jadi unik. Seperti mata kucing Malam itu Yurike juga memakain kontak lens hijau. Sehingga matanya jadi makin eksotis lagi. Kalau dia nenatap seakan bisa menghipnotis yang menatapnya. Gara-gara Yurike juga saya ikut-ikutan beli kontak lens. Saya pilih warna biru tua. Jadi tidak terlalu mencolok. Hanya kalau kena cahaya saja warna biru itu kelihatan samar-samar. Bagi saya ini lebih keren dan anggun daripada warna yang mencolok. Saya pernah lihat orang mengenakan kontak lens biru muda yang malah membuat dia kelihatan seperti orang buta! Lagian aneh dong, kalau rambut hitam kelam terus matanya tiba-tiba biru mencuat seperti itu? Tidak natural sama sekali. Yurike tidak pernah mengajak saya kalau ada acara dimalam hari. Dia selalu pergi sendiri. Dia juga nggak menceritakan apa-apa. Hanya bilang kalau dia menemui kekasihnya, si dokter bedah plastic itu. “Udah berapa lama kalian pacaran?” tanya saya agak penasaran. “Yah kira-kira tiga tahun lah” “Udah lama dong? Ada rencana married?” Yurike menggeleng sembari menghela nafas. “kok?” saya heran melihat reaksi yurike yang tidak semangat itu. Biasanya, wanita yang sudah pacaran selama itu pasti sudah membuat rencana-rencana masa depan. Bukankah pacaran selalu dilanjutkan dengan step berikutnya? Kalau tidak ada rencana menikah, buat apa juga pacaran? Tapi ternyata pemikiran seperti itu hanyalah teori dalam buku saja. Dalam realita, tidak semua orang berpacaran dengan tujuan menikah. “Gimana caranya nikah kalau dianya sudah punya istri?” Yurike tersenyum pahit. “kamu…dikhinatin maksudnya? Dia kawin sama orang lain” tanya saya kaget. “Justru dia yang berkhianat sama istrinya” Yurike tertawa kecil “I’m his partner in crime.” Saya masih belum paham waktu mendengar pengakuan Yurike itu. Tapi lama-lama saya ngerti sendiri juga. Setelah mengamati dan mendengar beberapa kali percakapan Yurike dan kekasihnya itu di telepon. Kelihatan jelas kalau pertemuan mereka memang ‘sembunyi-sembunyi’. Dokter itu usianya sudah 50 tahunan lebih. Istrinya ada dua. Satu ditinggal di Negara asalnya dan di Bali dia menikah lagi dengan perempuan Indonesia. Kata Yurike sih dia menikah bukan karena cinta tapi untuk mempermudah ijin-ijin kerja dan tinggalnya saja. Konon jika menikahi perempuan Indonesia, orang asing bisa lebih mudah mengurus surat surat imigrasinya. “kalo cinta sama istrinya, mana mungkin dia pacaran lagi sama aku, yak an? “ ujar Yurike suatu hari. Saya dulu yakin, bahwa cinta sejati itu tidak berdasar atas keindahan fisik belaka. Cinta sejati itu lebih dalam dari keindahan yang dinikmati oleh mata. Saya belajar itu dari mama dan papa. Mama itu, walau dimata saya dia cantik, sebetulnya tidak bisa masuk kategori cantik secara umum. Jujur. Walau dia ibu kandung saya, saya harus obyektif. Tapi papa mencintai mama. Kalau hanya atas dasar penilaian fisik, mungkin papa akan memilih Tuti. Si pramugari yang diceritakan mama dulu itu. Mama sendiri mengakui kecantikan Tuti. Tapi mama tidak kalah set. Tidak minder ataupun mundur hanya karena merasa kalah cantik. Buktinya mama bertahan. Dan akhirnya mama yang menang. Artinya, cinta itu bukan sekedar perlombaan fisik. Papa pasti melihat sesuatu yang lebih dalam diri mama. Papa dan mama waktu itu baru tunangan. Papa masih bisa memutuskan pertunangan itu dan pindah ke hati Tuti. Tapi papa tidak melakukannya. Papa memilih mama bukan karena kecantikan fisiknya. Pasti ada sesuatu yang lebih dari itu. Sesuatu yang…. Saya sudah tidak miliki lagi. Sesuatu yang masih jadi momok dan syarat utama dalam sebuah pernikahan. Minimal, pria baik-baik pasti masih memegang teguh syarat itu. Menikah hanya dengan gadis baik-baik juga. Dan gadis baik-baik tentunya mereka yang bisa mempertahankan kehormatannya. Harga dirinya, keperawanannya. Sebetulnya tidak adil. Saya merasa diri saya masih termasuk gadis baik-baik. Buktinya saya tidak sebejat Tanti. Saya juga tidak selingkuh dengan suami orang seperti Yurike. Saya tidak tidur dan kencan dengan puluhan lelaki seperti tante Meta tetangga kami dulu. Sya hanya kecolongan. Salah membuat pilihan sehingga terjebak dalam dua dunia seperti sekarang ini. Di satu pihak, saya masih merasa sebagai cewek baik-baik, dipihak lain saya merasa sama kotornya dengan mereka yang saya sebutkan diatas. Sama, karena sama-sama sudah kehilangan kehormatan. Beda, karena saya tidak keterusan. Tidak kebablasan. Malam itu, sambil nunggu Yurike, saya online dengan computer hotel. Pramugari memang dapat previllege untuk menggunakan fasilitas bisnis center di hotel ini. Sejak terbang, saya suka jadi susah tidur. Padahal badan ini cape sekali rasanya. Tapi mata tidak bisa diajak kompromi untuk istirahat. Saat browsing internet, tiba-tiba saja muncul iklan online dating. Karena iseng dan gratis, sayapun sign up mendaftarkan diri. Setelah sig up saya bisa masuk ke portal itu dan melihat wajah-wajah pria yang jadi member disitu. Web site ini judulnya khusus untuk orang asing yang mencari pasangan dari asia. Karena kebanyakan prianya bukan asia, tapi wanitanya justru di dominasi oleh wanita-wanita asia. Selama 10 menit, paling banyak muncul wanita dari Philipina. Sekilas wajah mereka mirip wajah wanita Indonesia. Ada sebuah wajah yang sempat memikat hati saya. Wajah pria tentunya. Dari data namanya PINKY. Pasti nama samara. Fotonya keren. Close up. Ambutnya potongannya rapih. Kecoklatan. Matanya juga kecoklatan. Wajahnya buat saya sih sangat ganteng. Lokasinya di Australia. Dia mendambakan wanita asia untuk diajak berhubungan serius. Jelas sekali dari pesan yang ditulis di profilnya yang bunyinya seperti ini : Singles only! If you are not into long term relationship (marriage) please do not contact me! Wah ! artinya dia serius banget nih! Saya sempat kaget karena baru sekali ini ngintip website online dating. Dulu sih sudah pernah dengar, tapi saya tidak menyangka kalau ada orang yang benar serius mencari pasangan hidup di internet! Saya pikir online dating hanya buat kencan saja. Yah semacam cari teman lah. Ternyata salah. Lalu say abaca juga di bagian testimonial. Isinya pasangan-pasangan bahagia yang menemukan jodohnya di website itu. Saya jadi sangat tertarik. Tertarik untuk mencoba. Tapi saya tidak punya kartu kredit saat itu. Untuk jadi full member saya harus punya kartu kredit karena akan dikenakan iuran bulanan. Niat saya tertunda. Malam itu tiba-tiba ada telepon masuk. Walau saya punya handphone, saya jarang dapat telepon. Paling dari bagian scheduling yang masuk. Selebihnya, teman saya masih juga sedikit. Sama seperti dulu. Mungkin memang saya ditakdirkan untuk kesepian seperti ini. Walau sudah jadi pramugari dan ketemu banyak orang, saya tetap saja tidak punya banyak teman. “Hallo?” “Grace?” terdengar suara pria diujung sana. Saya agak kaget, soalnya tadi caller ID yang masuk datangnya dari Yurike. Kok suaranya cowok? “You have to come here now! I need yyour help!” “Ini si….” Saya segera sadar untuk menggunakan bahasa Inggris “who is this?” “It doesn’t matter who I am now. You will know latter. Just come! Now! Grab a cab and ask the driver to take you to seminyak…” suara itu menyebutkan sebuah tempat di Seminyak. “But…” “Now! She really need your help!” “who?” “Yurike!”
BACA LANJUTANNYA KLIK DISINI
BACA CERITA SEBELUMNYA KLIK DISINI
Tweet Hotel Room
No comments:
Post a Comment