BAKTI SOSIAL yayasan Tri Kusuma Bangsa
Gunung Kelud 2014
Seandainya....
keinginan berbagi itu menular secepat fashion...
niscaya...
lebih banyak nyawa dan kehidupan bisa diselamatkan atau diperbaiki...
Selama ini saya sudah cukup sering mengikuti kegiatan-kegiatan sosial dan amal. Mulai dari kunjungan bencana hingga konser atau acara malam dana lainnya. Kunjungan ke korban letusan gunung Kelud adalah pertama kali saya bergabung dengan tim dari Yayasan Tri Kusuma Bangsa yang diketuai oleh Bunda Any Kusuma Dewi.
Di baksos kali ini, Yayasan TKB didukung oleh VW club Bandung dan Rotary Club Bandung. ACara di gagas dadakan dan kebetulan Blitar adalah kota kelahiran Bunda Any sendiri. Begitu bandara Malang dinyatakan dibuka kembali, bunda Any langsung booking ticket pesawat Jakarta Malang dan saya langsung ikutan. Dalam waktu kurang dari sehari, kita harus mengumpulkan obat-obatan sesuai daftar yang diberikan dokter.
Karena takut tidak keburu, saya memutuskan menghubungi sahabat saya yang lebih paham obat-obatan. Ya daripada kelamaan di apotik nanya-nanya dan waktu sudah mepet sekali. Siang jam 10 baru dapat daftar kebutuhan obat, malamnya barang mau di ambil oleh tim logistik yang akan berangkat ke Blitar dengan mobil. Alhamdulilah... ini sebuah bukti...bahwa kalau memang sudah jalan Nya, segalanya dimudahkan.
Sahabat saya Andre dari Puspa Pharma malah ikutan menyumbang dalam jumlah yang Subhanallah banyaknya. Bahkan sampai tidak muat di mobil VW COMBI tim logistik kami sehingga sebagian dikirim liwat paket kilat. Trimakasih Tim Puspa Pharma....
Pada hari yang sama, saya tidak sengaja juga berjumpa kawan lama, Nathan. Ternyata oowok New Zealand itu sudah pindah kerja. Khabar terakhir kontrak kerjanya di Indonesia sudah habis dan seingat saya dia sudah kembali ke negaranya. Ternyata dia sudah balik lagi ke Jakarta, bahkan sudah menikah dengan wanita asal Jogya dan kini bekerja di logistik bantuan dana kemanusiaan Australia.
Tidak ada yang kebetulan. Sambil menunggu kiriman dari Puspa Pharma saya mencicipi makanan di resto Nathan dan akhirnya tersambunglah percakapan mengenai bantuan kemanusiaan. Sayang, waktu sudah tidak memungkinkan untuk bantuan Kelud, karena besok saya sudah harus berankat. Namun Nathan meminta saya membuat proposal dan berjanji akan membantu pendanaan agenda amal sosial kami berikutnya. Amin.....
Menyumbang dalam bentuk uang atau barang pahalanya sudah luar biasa. Bahkan niat untuk membantu saja insyallah sudah di hitung oleh Nya. Kali ini saya turun langsung ke lokasi yang masih berstatus AWAS pada saat itu. Kami bahkan dengan berbagai perhitungan resiko memberaikan diri naik sampai ke desa desa di Ring 1 , 2 dan 3 (artinya 1-3 kilometer dari puncak gunung) Karena desa desa di atas jstru amat sporadik, walau jumlah penduduk per desa tidak banyak tapi mereka sama sekali beum menerima bantuan medis karena bantuan utama di pusatkan di daerah tengah yang penduduknya lebih banyak sementara yang di atas tidak bisa turun atau bahkan tidak tahu sama sekali bahwa di bawah ada posko?
Anyway... selama 5 hari kira kira kami berhasil memeriksa, mengobati dan membagikan obat/vitamin pada sekitar 1600 orang. Separuhnya lansia dan anak-anak. Tim terdiri dari Bunda Any, saya, Susi relawan dari Jakarta, mas Alfons dan Ade. Bandung diwakili mas Benny, Anhok, Sofyan dan Wisnu dari Rotarry Club Bandung. Dokter yang membantu kami dokter Widi, Susan, Ebir dan dokter Indra (bergantian). Juga tim perawat dari Blitar serta sukarelawan Blitar mba Ani, Deby dan kawan kawan. Kira-kira ekitar 30 orangan dengan 4 mobil setiap kali bertugas.
Kami menyusuri Kelud dari dua sisi, yaitu dari Puncu (Kediri) dan dari sisi Malang melalui Ngantang. Di Puncu sempat nyaris terjebak lahar dingin setelah hujan deras mendadak mengguyur area ring 2-3. Di Ngantang malah jembatan hilang terbawa arus sungai berisi lahar dingin sehingga transportasi antar desa sempat terputus.
Diluar kegiatan baksos yang cukup melelahkan itu, terjalin rasa persaudaraan di dalam tim yang menginap di rumah bunda Any di Blitar. Di waktu senggang kami sempatkan sowan ke makam Proklamator Bangsa Indonesia, Bung Karno, sekaligus rumah masa kecil Bung Karno yang asli Blitar itu. Juga dijamu kuliner khas oleh bunda Any sebagai tuan rumah.
Setiap malam sembari merencanakan baksos esok , loading barang dll, kami bercanda bersenda gurau sampai sakit perut. Walau baru beberapa hari kenal, kesamaan niat dan misi membuat kami segera akrab. Bahkan di malam terakhir, kok jadinya saling menangis berpelukan dan sedih (lebay deh ya.... hahaha)
Menurut Bunda Any, tim kali ini juga tim paling seru yang pernah dibentuknya. Bunda berharap saya sebagai penulis bisa mensosialisasikan kegiatan ini sehingga makin banyak relawan muda lain yang mau bergabung. Yang punya uang menyumbangkan uang, yang punya waktu menyumbangkan waktunya dan tenaganya. Sama sama kita bahu membahu untuk satu tujuan.
Saya juga berharap, kegiatan sosial tidak akan terhenti sebatas kalau ada bencana saja. Sebab tanpa bencanapun banyak yang bisa kita lakukan untuk "membantu saudara sebangsa" sekaligus membantu "pemerintah" yang sepertinya keteteran terus mengentaskan kemiskinian dan kebodohan di negri tercinta ini. Selain penyediaan medis, kami juga memusatkan pada pendidikan wanita dan anak-anak.
Yayasan TKB sudah mengadakan sekolah gratis secara rutin di Kota Tua Jakarta Utara setiap minggu. Insyallah akan mulai di daerah Cikini. Apabila ada rekan rekan yang memiliki informasi akurat daerah mana yang membutuhkan bantuan, dengan senang hati kami tampung infonya. Semua akan kami coba akomodasi namun harap maklum dengan segala keterbatasan kami....
Pulang dirumah, saya berkhayal.... mengapa hedonisme begitu cepat menularnya ya? Bagaimana cara menularkan semangat gotong royong dan berbagi agar penularannya secepat penularan trend fashion? Hm....
Saya akan mencoba sesuai kapasitas saya sebagai penulis. Saya akan coba menularkan virus itu lewat bacaan yang menyentuh hati dan menginsipirasi... Semoga teman2 mendukungnya... membaca dan ketularan virus ringan tangan dan empathy itu....
Demi Allah, bagi yang sudah pernah melakukannya, pasti ada rasa nikmat luar biasa. Walau lelah badan dan pikiran, dengan memberi justru saya merasa menerima sesuatu yang luar biasa. Betapa mata-mata itu menatap saya dengan pancaran termakasih yang paling jujur yang pernah saya rasakan. Ucapan terimakasih yang paling tulus yang pernah saya dengar. Dan doa yang paling mengharukan juga diucapkan sebagian korban yang kami bantu... Insyallah...doa mereka di dengar oleh Allah....
Bencana tidak datang setiap hari. Memberikan bantuan janganlah kita anggap sebagai beban, tapi anggaplah itu sebuah KESEMPATAN untuk berbuat baik. Tidak setiap hari kita diberi kesempatan itu, maka ketika kesempatan itu ditawarkan padamu sambutlah dengan rasa syukur karena artinya kamu orang istimewa yang mendapat "mandat" untuk menolong saudara-saudaramu.
Bencana juga bisa menimpa siapa saja. Bukan hanya rakyat pedesaan bahkan kalangan menengah atas pun bisa kena bencana (contoh: Banhir dikawasan elite Jakarta) Becana bisa menimpa kita sewaktu-waktu. Karena itu, tempatkanah diri kita di posisi mereka yang kali ini terkena musibah, sebab di kali lain mungkin kitalah yang ada di posisi itu dan butuh bantuan.
Catatan saya masih amat panjang, tapi saya akan berhenti disini.... Monggo untuk mengopy paste tulisan ini dan menyebar luaskannya. Ini adalah baksos paling berkesan yang pernah saya ikuti dan insyallah saya bisa menyumbangkan mendedikasikan lebih banyak lagi untuk tim baksos HITS kami ini..... Amin...
Melakukan sesuatu itu harus menikmati....tanpa itu tidak ada rasa FUN (gembira) dan kalau sudah fun, kita akan enjoy. Kalau enjoy kita tidak akan berhenti dan akan terus melakukannya. Lebih baik addicted to bak sos kan daripada addicted to cofee, wine apalagi hura-hura?
Peace all...
Zara
Febuari 24 , 2014
Tweet Hotel Room